Traveling paling asik adalah tidak teralu riset begitu
mendalam mengenai suatu kota.Yah memang ,semakin kita riset dan tahu seluk
beluk kota tersebut secara mendetail ,perjalanan akan semakin mudah dan murah
,iyakan ?.Tetapi kurang greget ,nggak ada kejutan-kejutan sama sekali menurut
saya sih ya.Atau barangkali gaya traveling saya yang udah berubah makin sering
traveling makin males riset hehehe.Biasanya saya cuma riset bagaimana mencapai
suatu kota dari bandara/stasiun/terminal/pelabuhan ke hotel dengan angkutan
umum yang ini nggak bisa ditawar ,saya selalu menghindari naik taksi
,nyasar-nyasar dikit nggak apa-apalah .Setelah sampai hostel baru deh saya
cari-cari info mau kemana –mananya,nanya-nanya resepsionis dan teman se-dorm
,buka internet atau lonely planet.
minaret icon kota Turpan |
Terus terang saya bosan dengan kemegahan kota-kota di china
,melihat foto-foto turpan yang berada di internet sepertinya sasaran saya
tepat.Saya lagi males mengeksplor kota besar ,pengennya sih leyeh-leyeh aja di
kota kecil bernuansa kota tua . Ekspektasi saya bahwa Turpan seperti kota
Jaisalmer di India ,di tepian gurun dengan bangunan-bangunan tua disekitarnya
Sepotong peta hostel yang saya tuju telah saya pelajari .Ketika saya tiba di terminal ,saya tinggal naik bus 101 menuju hostel.Peta
sederhana yang saya baca menegaskan bahwa Turpan bukanlah kota yang besar
sepertinya bisa ditempuh dengan jalan kaki
.
.
Dari Urumqi saya naik bus menuju Turpan ,harga tiketnya 45
yuan untuk 3 jam perjalanan. Bus berangkat jam 5 sore ,Sepanjang perjalanan
penumpang hanya disuguhkan dengan pemandangan yang monoton yaitu tanah-tanah
tandus sesekali diselingi baling-baling raksasa
pembangkit listrik tenaga surya dan bukit-bukit coklat.
Pukul 8 malam,Bus tiba di tepi sebuah jalan yang gelap
didepan ruko-ruko ,sepertinya sudah sampai tujuan dan semua penumpang turun.Lampu penerangan
jalan seadanya,saya nggak tahu sedang berada dimana.Nama jalan pun saya nggak
tahu,nggak ada petunjuk . Terlihat gerobak-gerobak jualan dan meja-meja kayu
yang sudah kosong Tampaknya saya berada didaerah pasar,jalan pun terlihat
lengang .Mata saya memperhatikan jalan kalau saja ada kendaraan umum yang
lewat,ternyata nihil.Gelap gulita!
Saya berjalan mengikuti arah kendaraan bermotor yang hanya
satu dua melintas menembus kegelapan malam.Pada saat itu kekaguman akan Negara
ini yang katanya mulai maju luntur tiba-tiba ,lho kok bisa Turpan yang salah
satu tujuan wisata andalan ,bisa separah ini infrastrukturnya.Kalau
Negara-negara asia tenggara dan selatan bisa dimaklumilah,lah ini China Negara
yang katanya perekonomiannya bakal menyaingi Amerika.
anak-anak turpan |
Donkey cart membelah perkampungan kuno |
Saya mempercepat langkah agar cepat sampai diujung jalan
yang agak terang,ngeri juga berjalan sendirian di kegelapan walaupun sejauh ini
nggak pernah dengar tentang orang local yang merampok traveler di Negara
ini.Saya mengikuti arah jalan satu-satunya yang belok ke kanan,Nampak jalan
mulai terang dan aspal yang mulus.Mulailah dari sini saya tahu ,saya berada di
jalan apa dan mencocokan dengan peta sederhana milik saya.Seperti di kota-kota
lainnya tulisan nama jalan ditulis besar-besar dengan bahasa mandarin dan
tulisan latin ,jadi pada dasarnya untuk mencari jalan tidaklah sulit ketika
traveling disini,nggak usah Tanya-tanya orang local karena akan pusing
sendiri.Bahasa mandarin itu susah ,teman!.Percayalah.
Voila!
Dengan mudah saya mendapati hostel yang berada di jalan
bazeklik,suatu ruas jalan utama di kota Turpan.
Paginya saya mulai eksplor kota ini,dan saya mendapat kesan
bahwa bayangan saya kota ini adalah kota tua yang eksotis sirna sudah.Padahal malam sebelumnya ketika saya tiba ,saya menyangka bahwa kota ini
dipenuhi oleh banguna-banguna tua mengingat ketika saya tiba nggak terlihat
bangunan-bangunan modern.
Jalur sepeda dan motor |
Ternyata salah besar saudara-saudara,China tetaplah China
yang membangun infrastruktur yang nggak tanggung-tanggung gedenya.Saya yang
malam sebelumnya misuh-misuh karena jalanan yang remang-remang dan terkesan
kumuh tiba-tiba terhenyak.
Saya mendapati jalan raya di depan hostel dan jalan raya
utama lainnya lebar-lebar.Jalan rayanya muat 4 mobil . disampingnya ada
jalan kecil khusus sepeda dan sepeda motor yang dilindungi oleh pohon-pohon
besar.Trotoarnya lebar banget ,restoran yang berada dipinggir jalan memakai
setengah trotoar untuk tempat duduk itupun masih tersedia ruang yang cukup
untuk pejalan kaki .Pokoknya keren deh!
Kedai muslim yang memakai setengah trotoar |
Melipir sedikit ke pinggir barulah kita melihat suasana
perkampungan orang Uyghur terlebih yang mengarah ke sugong pagoda atau minaret
yang menjadi icon kota Turpan.Rumah-rumah tua bertembok coklat berjejer sepanjang jalan .Baru deh saya tahu kalau mau lihat yang kuno-kuno
harus mengarah ke luar kota seperti karez system pengairan zaman
dulu,reruntuhan kota kuno jiaohe dan gaochang,Flaming mountain,Bazeklik
thousand budha caves,tuyoq village.Dan sayangnya untuk menuju kesana setidaknya
harus menyewa kendaraan yang lumayan mahal belum tiket masuk wisata yang juga
mahal-mahal.Sayapun urung untuk mengunjunginya apalagi sedang Chinese holiday
begini pasti tempat-tempat wisata tersebut dipenuhi oleh turis-turis China.
Jadi saya hanya kelilingan kota aja,masuk-masuk pasar tradisional dan nggak lupa keluar masuk ladang anggur yang gratisan.Baru kali ini saya lihat ladang anggur dengan buahnya yang berserakan menjuntai sampai ke tanah.Hei..sepertinya anggur nggak berharga sama sekali disini.Di meja lobby hostel banyak banget anggur -anggur yang nganggur ,entah punya siapa pastinya kalau mau tinggal ambil aja.Anggur yang saya beli pun nggak habis-habis dimakan ,ada aja yang nawarin .Maklum sekilo harganya cuma 5 yuan alias 10 ribu perak ,bener-bener mabok anggurcap orang tua saya.
Ladang anggur nggak jauh dari pusat kota |
Jadi saya hanya kelilingan kota aja,masuk-masuk pasar tradisional dan nggak lupa keluar masuk ladang anggur yang gratisan.Baru kali ini saya lihat ladang anggur dengan buahnya yang berserakan menjuntai sampai ke tanah.Hei..sepertinya anggur nggak berharga sama sekali disini.Di meja lobby hostel banyak banget anggur -anggur yang nganggur ,entah punya siapa pastinya kalau mau tinggal ambil aja.Anggur yang saya beli pun nggak habis-habis dimakan ,ada aja yang nawarin .Maklum sekilo harganya cuma 5 yuan alias 10 ribu perak ,bener-bener mabok anggur
Ladang anggur |
Setelah terkagum-kagum dengan keberadaan jalan raya yang
super lebar dan ladang anggur yang luas ,malamnya ketika sedang iseng menikmati kota tiba-tiba telinga saya
mendengar ada alunan music orchestra yang menggema.Beuuhh ternyata nggak jauh dari saya
berdiri ,ada kolam besar dan permainan air mancur dengan sinar laser yang
berwarna –warni.Pertunjukan air mancur menari berlangsung cukup lama dan
berhasil membius saya dan penduduk kota yang menyaksikannya .Sungguh benar-benar
nggak kebayang Kota Turpan mempunyai suguhan yang menarik,nggak kalah dengan
kota besar lainnya.
air mancur |
Ketika saya mau meninggalkan Turpan dan kembali ke Urumqi dengan kereta api.Mata saya kembali dikejutkan dengan keberadaan stasiun kereta api megah yang berada ditengah-tengah padang tandus.Stasiun kereta api modern dan super gede ini dibangun untuk melayani penduduk lokal dan para pelancong sebagai stasiun alternatif selain stasiun Daheyan yang jaraknya lebih jauh dari Turpan.Stasiun Turpan hanya disinggahi kereta -kereta eksklusif berkecepatan tinggi,Salah satunya bullet train Lanzhou- Urumqi yang berkecepatan 350 km/jam.
Tiga hari di Turpan saya seolah berada di dua dimensi yang berbeda antara yang kuno dan kekinian dan saya sangat menikmatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar