Ketika
ngobrol-ngobrol dengan Arsya ,(perempuan Kyrgyzstan yang saya temui di bandara
Novosibirsk) doi bilang agar sealu berhati-hati jika bertemu polisi dan
orang-orang local yang sedang nongkrong-nongkrong di pinggir jalan terutama
anak mudanya .Salah satu hal yang membuat para turis nggak merasa nyaman, yah
polisi ini.Sudah banyak kejadian yang menimpa para turis dan menjadi topik
hangat yang sering diperbincangkan diforum-forum traveler.Saya sih mengiyakan
aja atas saran-saran Arsya untuk sebisa mungkin menghindari polisi dan jangan
sekali-kali berurusan dengan makhluk ini.
Hari pertama
jalan –jalan menyusuri jalanan protokol pada siang hari di kota Bishkek ,saya sih
merasa aman-aman aja dan emang nggak pernah lihat polisi yang sedang ngetem
ataupun patroli.Padahal saya pun sempat lama-lama nongkrong di ala too square
,alun-alun kota Bishkek yang sudah pasti setiap saat ramai tapi semua lancar
jaya
.Taman di Bishkek |
Pada
akhirnya saya janjian dengan teman baru saya di restoran dekat alun-alun
tersebut sore harinya.Keasyikan ngobrol dengan bahasa Indonesia membuat saya
nggak ngeh hari sudah gelap dan kota ini ketika malam nggak terang benderang ,minim cahaya
lampu.Saya jadi teringat pesan arsya yang kedua yaitu menghindari anak-anak
muda yang sedang nongkrong-nongkrong di pinggir jalan.Kebetulan hostel saya
lumayan jauh dari alun-alun .Hostel saya di bagian utara sedangkan teman saya
di bagian selatan jadinya kami berpisah.
Pulang ke
hostel harus melewati beberapa blok jalan dan sumpah ,saking waspadanya ketika
saya melewati trotoar yang gelap ,saya melipir agak ketengah jalan yang
terang.Trotoar di kota ini nggak seperti layaknya ibukota negara,trotoarnya
jalan tanah berbatu ,remang-remang bahkan cenderung gelap udah gitu banyak
pohon-pohon besarnya.
Baru jam 7 suasana tampak lengang, kendaraan pun nggak
sebanyak Jakarta.Pokoknya agak-agak scary lah,mungkin otak saya udah di doktrin
oleh arsya dan di benarkan oleh kalimat-kalimat yang ada di buku garis
batas-nya Agustinus wibowo.
Di depan
sebuah hotel mewah tiba-tiba saya dikejutkan oleh sebuah
mobil polisi yang langsung mengerem
mendadak dan berhenti persis di depan saya.Tiga orang polisi berseragam hijau
menghentikan langkah saya,Awalnya polisi-polisi tersebut mengajak berbicara
dengan bahasa Rusia.Karena saya juga nggak ngerti mulailah mereka menggunakan
bahasa inggris walaupun patah-patah.
Pertanyaan
standard seperti mau kemana ,dari mana sudah saya jawab dan benar saja mereka
menanyakan paspor .Setelah paspor saya berikan dan mereka membuka lembar demi
lembar dan memeriksa visa Kyrgyzstan saya
dengan sorotan lampu senter.saya sih masih cuek aja sambil berharap nggak ada
permintaan macam-macam lagi.
Paspor
dikembalikan,saya hampir mau beranjak pergi tapi salah seorang polisi
meminta saya mengeluarkan dompet,awalnya saya tolak buat apa pula polisi
memeriksa dompet,tapi polisi tersebut setengah memaksa sambil menunjuk
pistol yang ada dipinggangnya tujuannya mau nakut-nakutin saya
kali..ya.Ya udah deh saya ngikutin aja apa maunya.
Aghh sial mana ada duit 100 usd pula didompet.Hari itu memang saya baru menukarkan sedikit som (mata uang kyrgyzstan) itupun beberapa som sudah terpakai untuk transport dan makan.Jadi didalam dompet hanya ada 100 usd dan rupiah pecahan kecil.Sedangkan beberapa som ada di dalam kantong jaket saya.
Satu
persatu uang saya diperiksa ,didalam dompet ada beberapa lembar uang
rupiah bergambar Pattimura dan Pangeran antasari dan ringgit pecahan
kecil,nah untungnya 100 usd nya saya selipin ditengah-tengah.Jadi ketika
polisi ngehek itu mengecek seada-adanya dan tentunya saya deg-degan
setengah mampus sambil berdoa dan berharap agar jangan sampe si Benyamin Franklin menampakan batang hidungnya diantara Patimura ,Pangeran
antasari dan Tuank abdul Rahman.
Fiuhh ....saya menarik nafas lega ketika polisi ngehek itu mengembalikan dompet saya dan sepertinya tanpa mengambil sepeserpun uang saya.Sebagai ucapan "terima kasih" karena telah mengobok-obok dompet saya.Ketiga polisi itu saya kasih uang seribu perak yang saya punya.Sambil senyum yang dipaksain saya ucapkan Rahmat (terima kasih dalam bahasa asia tengah) sambil ngibrit tentunya berharap para polisi nggak mengejar saya lagi.
Sampai hostel saya masih sedikit agak shock sekaligus berkeringat,mengingat saya jalan setengah berlari agar cepat-cepat sampai di hostel.Dan langsung mengecek dompet Alhamdullilah nggak ada uang yang hilang.Sungguh pengalaman hari pertama yang menyebalkan di negeri yang indah ini.
.bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar